Kamis, 29 Oktober 2009

Foto by kech a.k.a aktsuki , haha



apa itu graffiti ??



Grafiti adalah seni rupa yang merupakan tulisan, biasanya tulisan ini di tulis di dinding, dan menulisnya juga tidak memakai ballpoint, tetapi pylox… Orang yang membuat graffiti disebut “BoMbER”… mungkin yang ini udah pernah gw singgung di urban art…

Sekarang gw pengen ngasih tau sejarah grafiti… Grafiti di Pompeii, grafiti ini menggunakan bahasa latin rakyat… sebernenya itu, grafiti tuh udah ada dari dolo banget, dimulai dari manusia primitif, yang menngunakan grafiti sebagai cara mengkomunikasikan perburuan, juga sebagai sarana mistisme dan spiritualisme…

Grafiti juga dibuat karena ketidak puasan atau pemberontakan pada zaman romawi, buktinya ada pada dinding – dinding bangunan… Grafiti ini ditemukan di reruntuhan kota Pompeii, sementara di Roma dipakai sebagai alat propaganda untuk mendiskreditkan pemeluk agama kristiani yang pada zaman itu dilarang oleh kaisar..

Grafiti pada zama modern… grafiti pada Tembok Pemisah Israel di Israel-Palestina… adanya kelas-kelas sosial yang terpisah terlalu jauh menimbulkan kesulitan bagi masyarakat golongan tertentu untuk mengekspresikan kegiatan seninya… akibatnya beberapa individu menggunakan sarana yang hampir tersedia di seluruh kota, yaitu dinding… pendidikan kesenian yang kurang menyebabkan objek yang sering muncul di grafiti berupa tulisan-tulisan atau sandi yang hanya dipahami golongan tertentu… biasanya karya ini menunjukkan ketidak puasan terhadap keadaan sosial yang mereka alami… meskipun grafiti pada umumnya bersifat merusak dan menyebabkan tingginya biaya pemeliharaan kebersihan kota, namun grafiti tetap merupakan ekspresi seni yang harus dihargai… ada banyak sekali seniman terkenal yang mengawali karirnya dari kegiatan grafiti…

Pada perkembangannya, grafiti di sekitar tahun 70-an di Amerika dan Eropa akhirnya merambah ke wilayah urban sebagai jati diri kelompok yang menjamur di perkotaan. Karena citranya yang kurang bagus, grafiti telanjur menjadi momok bagi keamanan kota. Alasannya adalah karena dianggap memprovokasi perang antar kelompok atau gang. Selain dilakukan di tembok kosong, grafiti pun sering dibuat di dinding kereta api bawah tanah.

Di Amerika Serikat sendiri, setiap negara bagian sudah memiliki peraturan sendiri untuk meredam grafiti… San Diego, California, New York telah memiliki undang-undang yang menetapkan bahwa grafiti adalah kegiatan ilegal… untuk mengidentifikasi pola pembuatannya, grafiti pun dibagi menjadi dua jenis…

Gang grafiti… yaitu grafiti yang berfungsi sebagai identifikasi daerah kekuasaan lewat tulisan nama gang, gang gabungan, para anggota gang, atau tulisan tentang apa yang terjadi di dalam gang itu…

Tagging grafiti… yaitu jenis grafiti yang sering dipakai untuk ketenaran seseorang atau kelompok… semakin banyak graffiti jenis ini bertebaran, maka makin terkenallah nama pembuatnya… Karena itu grafiti jenis ini memerlukan tagging atau tanda tangan dari pembuat atau bomber-nya… semacam tanggung jawab karya…

sketsa " foto by KECH a.k.a akatsuki too . hhaha





Apa itu sketsa ?





Sketsa atau sket (sketch) secara umum dikenal sebagai bagan atau rencana bagi sebuah lukisan. Dalam pengertian itu, sketsa lebih merupakan gambar kasar, bersifat sementara, baik diatas kertas maupun diatas kanvas, dengan tujuan untuk dikerjakan lebih lanjut sebagai lukisan. Mengingat sederhana penampilannya, sketsa lebih merupakan “persiapan” dari lukisan yang akan datang, demikian tulis Putu Wijaya.

Menurut Meyers (1969) sketsa merupakan gambar catatan. Ia membedakannya dengan gambar karya lengkap dan gambar karya studi. Dalam karya studi, gambar merupakan eksplorasi teknis atau bentuk untuk penyelesaian lukisan, patung, dan lain-lain. Biasanya penggambarannya menyoroti rincian dari bagian-bagian tertentu, misalnya anatomi kepala, tangan atau bahu, draperi, dan sebagainya dalam mempelajari bentuk orang. Gambar semacam ini misalnya, dikerjakan oleh Leonardo da Vinci (1452-1519) dan Michaelangelo (1475-1564).

Gambar karya lengkap merupakan karya final, gambar sebagai karya jadi. Sebagai ungkapan dalam bentuk gambar, ia berfungsi sebagai sarana komunikasi, mendeskripsikan dan menjelaskan objek-objek secara visual, sebagaimana karya ilustrasi visual, gambar karya lengkap berdiri sendiri sebagai karya yang selesai, seperti karya-karya lukis atau patung.

Dalam sketsa, kata Meyers, terdapat keinginan pembuatnya untuk merekam kejadian atau objek yang dilihat sebagai momen yang menarik perhatian penggambarnya. Sketsa mungkin dibuat untuk memenuhi kebutuhan sebagai latihan, main-main, atau semacam ungkapan pribadi. Dalam hal yang terakhir, karya skets dipandang setara dengan lukisan. Oleh karenanya, Agus Dermawan ketika mengomentari sketsa-sketsa karya Ipe Ma’roef (1938) seorang empu sketsa Indonesia mengungkapkan sebagai lukisan garis. Ungkapan ini sekaligus menegaskan, bahwa garis perannya amat menonjol dalam sebuah sketsa.

Meski bagi Fajar Sidik (1981) garis atau penggarisan merupakan unsure yang paling menonjol hakiki dalam seni lukis, namun pada dasarnya terdapat perbedaan antara sketsa dengan lukisan, ada ungkapan yang menarik yang disampaikan oleh Kusnadi, seorang seniman dan kritikus seni rupa. Sketsa ibarat gesekan biola tunggal, sedangkan lukisan merupakan sebuah orkes yang lengkap. Ungkapan ini menyatakan dua hal, pertama, sketsa seagai ungkapan estetis dihadirkan secara sangat sederhan karena menggunakan garis secara hemat dan selektif. Umumnya sketsa dikerjakan dengan cepat dan secara spontan. Jika sketsa dibangun oleh unsur-unsur garis sebagai medium utamanya, lukisan merupakan ungkapan lengkap, dalam arti penyajiannya dibangun dengan menggunakan unsur-unsur lain, seperti tekstur, kedalaman/ruang, gelap-terang, dan warna disamping unsur garis. Bahkan dalam lukisan, unsure warna menjadi penting sebagai unsur tambahannya (Schinneller,1966).

Kedua, baik sketsa maupun lukisan merupakan ungkapan artistik yang bersifat pribadi. Aspek ungkapan yang bersifat pribadi ini lebih penting daripada aspek lain yang bersifat informatif-naratif. Melalui sketsa, pembuatnya dapat mengungkapkan pengalaman yang bersifat pribadi dengan total. Sebagaimana gesekan biola yang mendayu mengiris kalbu, sketsa dapat menggetarkan perasaan orang yang melihatnya, sama halnya dengan sebuah lukisan. Jadi, sketsa bukan lagi sebagai bagian dari perencanaan sebuah lukisan, melainkan memiliki otonomi sendiri, berdiri sejajar dengan lukisan. Dengan demikian, sikap berkarya sketsa sama dengan ketika akan berkarya lukisan. Ingat saja karya-karya Vincent van Gogh (1853-1890), pelukis ekspresionis belanda itu.

Semasa hidupnya yang pendek, ia telah menyelesaikan kira-kira 3000 sketsa disamping 800 lukisancat minyak. Baginya sikap membuat gambar atau sketsa sama dengan sikap membuat lukisan. Perasaan dan emosi sangat memegang peranan. Begitulah karya-karya sketsanya sebagai gambar ekspresif. Dari sisi intensitas ekspresivitas, sejumlah karya sketsa beberapa pelukis bahkan tampil lebih kuat dan menarik, meski hanya berupa goresan-goresan hitam putih atau sebagai gambar rencana lukisan sekalipun. Sketsa karya Poussin (1593-1665) yang berjudul “Massaere of the Innocents” misalnya, rasanya lebih menarik daripada lukisannya dengan judul yang sama. Daya tarik dan kekuatan-kekuatan serupa juga dapat dijumpai pada karya-karya sketsa pelukis Delacroix (1798-1863), Tiepolo (1690-1770), bahkan juga pada sketsa karya Auguste Rodin (1840-1917) dan Henry Moore(1898-1986) pematung kenamaan itu.


II. Sebagaiman halnya dengan karya lukisan, sketsa memiliki keragaman tema, gaya dan teknik pengungkapannya. Perbedaan yang mencolok hanyalah pada medium pengucapannya.

Mengenai tema, sketsa lebih banyak dikaitkan dengan subjek yang diangkat dari penggarapan objek-objek out door, mengingat orang pada kaum impresionis di abad XIX dengan out door paintingnya itu. Dalam hal ini, pemandangan diluar seperti kebun, lading, jalan-jalan, perkampungan padat, keramaian kota, bangunan-bangunan, dan kesibukan-kesibukan orang di pasar, merupakan objek-objek menarik yang menggugah penggambar atau pelukis untuk membuat sketsa melalui pengalaman melihat langsung. Rupanya kontak langsung melalui pengamatan untuk mendapatkan impresi dan mengembangkan imaji menjadi bagian penting dari proses penciptaan dan pemilihan tema dalam sketsa. Itulah sebabnya sketsa dipandang sebagai rekaman atas objek atau peristiwa yang menarik perhatian penggambarnya. Dengan proses kerja seperti itu, tentulah banyak diperoleh keuntungan. Antara lain mempertajam pengamatan, meningkatkan kepekaan dan kemampuan mengkoordinasikan antara hasil pengamatan dengan keterampilan tangan. Di lembaga-lembaga pendidikan seni, sketsa masih dipercaya sebagai latihan-latihan yang wajib dilakukan bagi mahasiswa dalam rangka menumbuhkan dan mengkukuhkan keprofesionalannya.

Dalam perkembangannya, sketsa kemudian tidak hanya menampilkan objek-objek nyata yang kasat mata dan dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari, melainkan terjadi perkembangan tema-tema sketsa. Munculah tema sketsa yang lebih merupakan pernyataan imaji, impian, kesan-kesan, dan pikiran-pikiran penciptanya dan lebih abstrak. Sketsa pelukis Nashar (1928- ) misalnya, yang dipamerkan di Jakarta tahun 1976, dipandang Putu Wijaya telah membebaskan garis sebagai batas dari wadag. Garis tersebut telah dibiarkan hidup sebagai garis, menjadi wadag itu sendiri dalam kubungannya dengan kesan-kesan yang diperoleh batin pelukisnya. Atau dapat saja kesan-kesan dalam pelukis Oesman Effendi yang amat subjektif atas apa yang diamatinya itu, mewujudkan sketsa-sketsa yang hilang sosoknya dan berubah menjadi permainan irama garis. Tudi Isbandi ( 1937- ) pelukis asal Surabaya, pernah membuat sketsa berjudul “kali mas” dan yang tinggal dalam karyanya hanyalah berupa garis-garis seperti kawat namun sangat esensial, sehingga menjadi abstrak. Pelopor lukisan abstrak Indonesia, Fajar Sidik (1930- ) membuat sketsa-sketsanya terbebas dari kenyataan visual dan bergaya abstrak.

Mengenai gaya sketsa, hamper penciptanya mengembangkan gaya pribadi masing-masing sesuai dengan cita rasa dan tanggapannya atas lingkungan. Tetapi sebagai kecenderungan cara dan corak ungkapan karya, barangkali dapat dikelompokkan menjadi beberapa saja.

Untuk menyebut kecenderungan yang berkembang disekitar kita, aganya dapat dikelompokkan menjadi sketsa yang bercorak figurative, baik yang realis, ekspresionis, maupun dekoratif kemudian corak surealistis-imajinatif dan corak abstrak.

Ipe Ma’roef dan kebanyakan pelukis sketsa, karya-karyanya dapat dikelompokkan ke dalam sketsa figurative-realistis. Corak figuratif-realistis meski dimanifestasikan dengan garis yang sederhanadan hemat, secara keseluruhan menunjukkan hasil pengamatan yang cermat atas objek nyata dan masih setia pada proporsi, anatomi, dan gejala perspektig sebagaimana yang diberikan oleh alam atau kenyataan visual.

Jika karya-karya sketsa Ipe kebanyakan termasuk corak figurative-realistis, sketsa-sketsa Affandi (1907-1988), Nyoman Sunarso (1944- ) dan suwaji (1942- ) merupakan contoh sketsa figurative ekspresifistis. Pada corak sketsa ini didorong oleh gejolak emosi dan spontanitas yang kuat, sosok atau bentuk-bentuk yang digambarkan mengalami pendistorsian. Tubuh orang, misalnya dibuat meliuk-liuk mengikuti irama dan getaran emosi sehingga mengesampingkan proporsi yang wajar. Pelukis Widayat (1923- ) membuat sketsa figurative-dekoratif dan surealistis-dekoratif kegemarannya melakukan stilisasi dan gubahan-gubahan ornamentik dalam lukisannya, menampak pula pada karya sketsanya.

Sketsa surealistis yang naïf kekanak-kanakan, yang menggambarkan alam bawah sadar dan penuh khayalan serta terasa absurd dapat dilihat pada karya pelukis muda Eddie hara (1957- ). Jika Nashar dan Oesman effendi membuat sketsa-sketsa semi abstrak, Fajar Sidik dan beberapa perupa muda membuat sketsa abstrak murni. Sketsa fajar Sidik berupa pola-pola bidang organis yang tertata secara ritmis, menginatkan pada lukisannya “Dinamika Keruangan” yang menjadi gayanya yang khas.

Dalam perjalanannya, dilihat dari segi teknik, sketsa belum seanekaragam lukisan. Barangkali karena pada sketsa, penggambarannya melalui mengandalkan garis sebagai medium pengucapannya. Soal garis, Read pernah bilang bahwa garis merupakan sarana yang paling singkat dan abstrak untuk melukiskan mutu objek.

Melalui garis, dapat dibangun raut atau bentuk, bidang, tekstur, ruang, atau gelap terang dengan arsir dan garis-garis silang, misalnya unsure warna, dapat saja dihadirkan dalam karya sketsa. Tetapi pada dasarnya warna garislah yang lebih berbicara. Justru penyajian hitam-putih merupakan kekuatan sketsa.

Membicarakan soal teknik tak dapat dilepaskan dari penggunaan bahan, alat, serta proses penyajian karya. Bahan dan alat yang sering disebut media, dalam penciptaan sketsa biasanya pensil dan arang serta media kering lainnya, dan tinta, yang menggunakan kuas, pena atau alat lain sebagai media basah. Pensil dan arang merupakan media yang fleksibel serta dapat menghasilkan jejak-jejak yang cukup bervariasi. Namun kecuali mudah terhapus, umunya nilai kepekatannya kurang.

Penggunaan media basah dalam sketsa menampilkan goresan yang pekat, jelas, dan memiliki kemungkinan untuk divariasikan pula penggunaannya. Adakalanya kepekatan garis-garis dipadukan dengan cara bilas, yaitu membasahi atau menyapukan kuas basah dengan air. Cara demikian, dapat memperoleh objek efek khusus dan variasi nada atau nilai gelap terang, karena goresan tinta menjadi luntur dan mengembang. Tetapi upaya-upaya ini dalam sketsa dilakukan tidak untuk kepentingan membuat rincian yang berlebihan, sketsa yang baik haruslah tetap sumir dan menghindari penyajian rincian yang kurang esensial.

Bagaimanapun, garis merupakan unsure rupa yang fundamental dan potensial dalam karya sketsa, ia tidak semata membentukl kontur. Potensi lain dari garis ialah kemampuannya mengekspresikan gerakan-gerakan, ruang atau kedalaman, dan mengesankan massa bentuk, potensi-potensi inilah yang harus dikuasai oleh pembuat sketsa beserta pemilihan dan pemanfaatan media dalam mencapai nilai-nilai artistic karya.

Terdapat dua pendekatan dalam menggunakan garis sebagai medium ungkapan sketsa. Pertama, pendekatan kontur dan yang kedua pendekatan gestur.

Pada pendekatan kontur, sketsa dihadirkan dengan garis-garis tunggal seakan tak terputus, sebagai batas yang mengelilingibentuk subjek-subjeknya, tanpa harus kehilangan spontanitasnya. Garis-garis yang dikerjakan secara free-hand itu, tampak eksplesit, tajam dan presisi. Tak ada garis yang salah. Tak ada garis yang diulang dan berlebihan, apalagi arsir dalam sketsa itu. Picasso (1881-1973), Henri Matisse menciptakan sketsa dengan cara ini. Meski garis-garis mereka dibuat dengan tarikan sekali jadi dan dengan ketebalan yang sama, dengan susunan tertentu dan pemenggalan-pemenggalan kontur ditempat-tempat yang pas, dapat dihadirkan kesan ruang dalam sketsanya. Pengaturan bagian-bagian yang kosong menjadi penting dalam menyatakan kesan ruang. Demikianlah, tarikan garis sekali jadi amat menentukan dalam sebuah sketsa. Ipe mengibaratkan sketsa sebagai teater. sekali pemain muncul di panggung, tak ada kesempatan untuk meralat kekeliruan, lain dengan dunia film yang diibaratkan melukis dengan cat minyak.

Pada pendekatan gestur, sketsa dibentuk oleh garis-garis yang dihadirkan dengan gesekan-gesekan tangan secara kontinyu sepanjang proses penciptaan. Dengan cara ini, bentuk sketsa lebih merupak impresi tetapi mencitrakan gerak bentuk menjadi mengabur, karena dibangun oleh garis riuh bertindihan dan liar, sejalan dengan reaksi emosi yang bergelora ketika penggambarannya menghadapi objek jika dengan pendekatan kontur bentuk dirumuskan dengan garis tunggal, pada pendekatan kontur gesture disugestikan dengan garis-garis jamak. Pelukis-pelukis seperti Vincent van Gogh, daumier (1808-1879) atau Affandi membuat sketsa dengan pendekatan gestur, baik pendekatan kontur maupun gestur, proses penggarapan sketsa dilakukan dengan teknik langsung (direct method0, dalam arti dikerjakan sekali jadi tanpa melalui tahapan-tahapan. Oleh karena itu waktu pengerjaannya berjalan dengan singkat, tetapi dengan segenap jiwa yang intens dan total.


III. Demikian, sebagai bentuk ungkapan pengalaman estetis, sketsa memiliki karakteristik kegarisan, sumir, esensial, dikerjakan secara langsung dan spontan dalam waktu singkat. Ia tidak semata berupa kontur dan garis gestur yang riuh tanpa arti, ia tidak hanya rekaman objek, melainkan ungkapan emosi dan kesan-kesan dalam sampai pada ke tingkat esensi objek, bahkan hingga bernilai simbolik untuk menyatakan gagasan dan khayalan penciptanya. Ia dapat mempresentasikan kenyataan fisik yang dijumpai pada kehidupan sehari-hari sampai kepada pernyataan dunia batin yang lebih dalam dan abstrak.

Sungguh merupakan upaya yang perlu disambut dengan gembira, bila ada beberapa pihak yang mendukung dan menerbitkan kumpulan karya-karya sketsa, khususnya sketsa dengan objek arsitektur stasiun K.A Tawang yang dikerjakan sepuluh mahasiswa pemenang lomba sketsa baru-baru ini. Mudah-mudahan dapat meningkatkan apresiasi dan berdampak luas menggerakkan dunia sketsa yang semakin lesu.
Semoga…!



di update dari berbagai situs !

Selasa, 27 Oktober 2009

BOMBER


LET'S BOMB THE WALL KIDS !

Sekelompok pasukan dengan mengenakan sweater dan masker sambil menenteng cat semprot di tangan mulai berjalan menelusuri jalan-jalan di tengah kota besar Indonesia. Beberapa saat mereka sempat berdiam diri di bawah fly over, dengan pandangan penuh arti menatap tembok-tembok yang kosong dan kusam tersebut. Sedetik kemudian tangan-tangan mereka mulai menyemprot tembok tersebut dengan cat semprot. Tidak ada yang tahu apa yang mereka ciptakan saat itu, sampai keesokan paginya para pengguna jalan mulai terheran-heran dengan karya para bomber tersebut. Dan karya inilah yang kita kenal sebagai “graffiti"

Senin, 26 Oktober 2009

AKATSUKI crew
















AKATSUKI CREW SUKABUMI " IT'S MINE " HHE

crew nie bsa dsbut crew pndatang bru d'mta para bmber krna mmang kami brdiri pda tgl 10 bln 10 2009.. namun wlaupun crew bru kami akn mmprindah smwa tmbok" dan ruko" d'smi dan mnyaingi crew lain..
anggota akatsuki crew ada a daniel (dya sbagai ko"lot dsni), iding (bmber sotay yg sring mngaku drinya legend yaa wlaupun mmang klak ntar mngkin dya jdi legend), ochi (bmber yg pnah dsbut bubak tk ), ubay (ssorang yg pnya obsesi kras untk mnjdi bmber sjati), ghea"ME" (dya bmber yg slalu aktf dlam crew ), a gin" (bmber gokil yg skilx ga klah ma bmber lain), haekal, aconk ,dikiz dll





DI UPDATE DARI "Ochi sock"


lokasi : any street @ sukabumi





*gebe

bomber isn't crime job

INI BUKAN SENI KRIMINAL !

Banyak Orang mengartikan Seni Lukis dinding (Graffity) sebagai Seni Kriminal, namun bagi paras Bomber (pembuat graffity) Seni Lukis dinding (Graffity) adalah sebuah curahan hati dari seorang bomber tersebut, namun banyak kendala yang di hadapi oleh para bomber salah satunya adalah di mana mereka mengekspresikan karya mereka tersebut kalau di setiap tempat para Bomber ingin membuat graffity, selalu di incar oleh masyarakat atau para aparat keamanan yang menentang adanya Seni dinding (Graffity).

Karena beberapa kendala tersebut lah para Bomber kebanyakan mengekspresikan karyanya pada malam hari (pada saat orang terlelap tidur), karna itulah graffity di cap oleh masyarakat Seni Kriminal. Contohnya saja saya pada waktu saya membuat karya saya pada sebuah dinding kosong di sebuah tempat pengisian bahan bakar, pada malam itu saya sedang membuat Graffity dan hampir selesai lalu saya di pergoki oleh seorang satpam yang tidak menyukai hasil karya saya, lalu saya pun di ancam di bawa ke kantor polisi namun saya menolaknya karena menurut saya, yang saya lakukan tidak di larang namun satpam tersebut tetap bersikeras untuk ingin membawa saya ke kantor polisi, pada saat itu saya sudah bingung namun ada seorang polisi datang dan bertanya “ada apa ini…?” lalu satpam tersebut menceritakan apa yang saya lakukan namun anehnya sang polisi tersebut berkata “ itukan seni bukan coret-coret sembarangan” lalu polisi itu membela saya habis-habisan lalu sang satpam mengijinkan saya pergi. Itulah pengalaman saya sebagai seorang Bomber. Menurut kami para Bomber “andai saja pemerintah memberikan tempat yang layak bagi para Bomber untuk mengekspresikan karyanya Tidak ada lagi para Bomber Gelap”.

Jadi menurut saya Graffity atau seni lainnya yang bersifat positif bukan lah hal yang Kriminal, Buat Teman-Teman Bomber Semua janganlah kalian takut mengekspresikan karya seni kalian di mana pun walaupun banyak resiko yang akan di hadapi, maju terus demi Seni……………………………….ART IS NOT CRIME ………………SENI ITU INDAH……….






"di update dari berbagai situs"